Jumat, 24 Oktober 2008

HILANG SATU TUMBUH SERIBU



MEMPERBAIKI EKONOMI RAKYAT


Jauh-jauh hari sebelum krisis ekonomi dunia (Amerika) terjadi, rakyat sudah dalam keadaan sulit. Harga-harga naik terus, apalagi setelah BBM naik, makin melambung. Sementara itu penghasilan rakyat pada umumnya, seperti petani, pegawai rendahan, guru, pedagang kelontong, pelaku bursa, hingga para pengusaha kelas menengah tidak ada tanda-tanda mengalami peningkatan yang bisa mengimbangi kenaikan harga. Bahkan para pekerja yang upahnya tidak pernah cukup buat makan sekeluarga banyak yang terkena phk.

BLT untuk gakin memang sudah beberapa kali dibagikan, begitu pula berbagai macam kredit lunak juga sudah dikucurkan bagi mereka sebagai modal usaha. Akan tetapi bantuan itu paling-paling hanya bisa digunakan memenuhi kebutuhan hidup, terutama makan, selama sebulan. Setelah itu mereka kembali didera oleh sulitnya hidup mencari sesuap nasi.

Jadi ada atau tidak ada krisis ekonomi dunia, hidup rakyat sudah susah. Sebagian besar rakyat tetap hidup dalam kemiskinan. Bantuan jangka pendek model BLT tidak banyak artinya buat mereka. Sampai kapan pun dibagikan tidak akan pernah bisa mengentas kemiskinan dan memperbaiki ekonomi rakyat.***

Jumat, 17 Oktober 2008

BUDAYA KORUPSI

Pemberantasan korupsi yang dilakukan di negeri ini tergolong luar biasa. Sejak SBY berkuasa banyak sudah para koruptor yang ditangkap dan dijebloskan ke penjara. Setiap pelaku korupsi mulai dari menteri sampai kepala desa ditindak tanpa pandang bulu. Media massa pun tak segan-segan untuk memberitakannya. Tiap hari selalu ada saja berita tentang kasus korupsi mulai dari penangkapan, pengusutan sampai sidang pengadilan para koruptor. Herannya, meski pemberantasan korupsi dilakukan terus menerus, akan tetapi ternyata para koruptor di negeri ini seperti tidak ada habis-habisnya. Sepertinya tak ada lagi instansi maupun institusi yang bebas dari korupsi. Bahkan KPK yang diberi kewenangan istimewa untuk memberantas korupsi sempat juga kemasukan koruptor.

Ternyata korupsi di negeri ini yang karena telah berlangsung cukup lama, telah menjadi kebiasaan yang tidak bisa dengan mudah dihilangkan dalam waktu yang singkat. Beberapa puluh tahun yang lalu Bung Hatta, salah seorang Proklamator RI dan Wapres RI I, pernah mengatakan, bahwa korupsi di Indonesia sudah menjadi kebudayaan. Pernyataan yang ia lontarkan beberapa saat setelah pengunduran dirinya sebagai anggota KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) yang dibentuk oleh Presiden Suharto tahun 1970-an itu tentu saja tidak mengada-ada. Akan tetapi didasarkan oleh kenyataan yang dihadapi dalam upayanya memberantas korupsi.

Korupsi yang harus ia berantas ternyata begitu kompleks, terjadi dimana-mana mulai dari kalangan atas sampai bawah. Korupsi di tingkat atas dan menengah ternyata banyak yang diback up oleh kekuasaan hingga membuat para koruptor menjadi kebal hukum dan tidak mudah ditindak. Di tingkat bawah korupsi pun dilakukan terang-terangan seakan-akan bukan tindakan kejahatan. Di kantor-kantor pemerintahan pada umumnya pegawai rendahan terbiasa memungut uang pelican dengan berbagai istilah seperti “uang stempel” atau “uang tinta” terhadap siapa saja yang punya urusan dengan mereka. Alhasil KPK yang ia ketuai memeperoleh julukan “macan ompong” karena dalam memberantas korupsi tidak bisa bertindak cepat.

Zaman memang sudah berubah. Sekarang tidak ada lagi orang yang karena merasa dekat dengan kekuasaan bisa seenaknya melanggar hukum. Tidak ada lagi saudara, anak, keponakan atau besan seorang penguasa atau pejabat, yang bisa bebas dari jangkauan hukum karena melakukan korupsi. Akan tetapi bukan berarti pemberantasan korupsi menjadi mudah, karena korupsi di Indonesia sudah berlangsung cukup lama dan didiamkan saja. Sehingga seperti kata Bung Hatta, korupsi telah menjadi kebudayaan bagi bangsa kita. Meski sanksi dan hukuman bagi para koruptor diperberat, orang sepertinya tetap tidak takut dan jera melakukan korupsi. Jadi penangkapan yang makin gencar dilakukan terhadap para koruptor sekarang ini sepertinya tidak akan pernah ada habisnya. Hilang satu tumbuh seribu, satu ditangkap muncul seribu koruptor.

Begitu banyakkah koruptor di negeri ini ? Kalau benar, sel-sel penjara bakal tidak akan muat untuk memenjarakan mereka dan bisa saja terjadi pada akhirnya KPK harus menangkap dan mengadili dirinya sendiri. Ah…mudah-mudahan saja tidak.***

Kamis, 05 Juni 2008

Selasa, 20 Mei 2008

SBY DAN KENAIKAN BBM

KESENGSARAAN RAKYAT TIDAK AKAN PERNAH TERLUPAKAN

Kenaikan tarif BBM selalu diikuti kenaikan harga-harga, terutama sembako dan juga tarif listrik, yang dengan sendirinya akan membuat hidup rakyat makin susah dan sengsara. Karena itu setiap kenaikan BBM selalu ditentang banyak orang. Begitu pula saat pemerintah mengumumkan niat untuk menaikkan lagi tarif BBM, demo terjadi dimana-mana. Bukan hanya para mahasiswa, berbagai kelompok masyarakat juga melakukan protes. Kendati begitu pemerintah tampaknya tidak akan mundur dari ketetapannya untuk menaikkan tarif BBM pada awal Juni nanti.


Bagi sebagian besar rakyat yang hidupnya serba pas-pasan, yang tiap hari harus antri berjam-jam hanya untuk memperoleh sekaleng minyak tanah, tidak akan pernah bisa memahami kenapa kenaikan tarif BBM yang membuat mereka makin menderita itu mesti dilakukan. Mereka hanya tahu, bahwa tarif BBM naik adalah kebijakan pemerintah yang tidak bisa ditolak. Maka ketika kebijakan pemerintah yang dipimpin oleh SBY itu membuat mereka makin sengsara, pasti tidak akan pernah terlupakan.


Karena itu kebijakan menaikkan tarif BBM itu bagi SBY akan berpengaruh besar terhadap niatnya untuk mempertahankan jabatannya sebagai presiden dalam Pilpres 2009 yang setahun lagi akan digelar. Kesengsaraan rakyat yang makin menjadi akibat kenaikan tarif BBM, pasti akan mengurangi dukungan terhadap SBY dalam pilpres mendatang. Berbagai kebijakannya selama ini, seperti pemberantasan korupsi, yang telah memperoleh dukungan rakyat, pasti akan menjadi tidak ada artinya. Karena dalam pilpres nanti bisa dipastikan rakyat merasa enggan untuk memilihnya kembali apabila ia dianggap telah menyengsarakan rakyat.


Akan tetapi bisa saja kemungkinan kehilangan dukungan rakyat dalam Pilpres 2009 tidak akan terlalu besar, apabila SBY saat menetapkan kenaikan tarif BBM berani menegaskan, kapan hidup rakyat yang makin susah dan penuh keprihatinan itu akan diakhiri. Beranikah ia menjanjikan, lima atau sepuluh tahun lagi hidup susah rakyat ini akan berakhir ? ***

Sabtu, 05 April 2008

BBM = BOLAK BALIK MUNDAK


SENGSARA TERUUS


Antrean panjang orang-orang yang ingin membeli mitan dibawah terik mentari, telah menjadi pemandangan yang biasa. Karena sejak lama pemandangan seperti itu bisa dilihat dimana-mana. Sekarang ini memang banyak orang yang sengsara, terutama yang ekonominya pas-pasan yang justru merupakan bagian terbesar rakyat negeri ini. Mereka jadi sengsara sejak subsidi BBM dicabut oleh pemerintah, tarif BBM mengalami peningkatan, minyak tanah yang masih banyak dipakai oleh rakyat jadi langka. Akibatnya harga barang-barang kebutuhan melonjak hingga sulit dijangkau oleh rakyat.

Zaman susah seperti itu tidak hanya terjadi pada saat ini, namun pada masa-masa yang lalu juga pernah terjadi. Di zaman Orla, juga pernah terjadi orang ngantre minyak dan beras. Bahkan pernah beras diganti bulgur. Di zaman Orba saat krismon berlangsung, juga muncul antrean panjang untuk sembako. Sekarang di zaman reformasi yang telah membebaskan kita dari utang luar negeri dan menjunjung tinggi demokrasi serta hak berpolitik rakyat, ternyata hidup rakyat tetap susah. Terulang kembali orang ngantre minyak dan beras. Entah sampai kapan hidup susah ini akan berakhir. Sepertinya bangsa ini telah kena kutukan, tidak akan pernah lepas dari kesengsaraan.***

 

blogger templates | Make Money Online